Jumat, 09 April 2010

Menakar Kekuatan Mata Uang Dengan Melihat Waktu Paruhnya Terhadap Emas…

Written by Muhaimin Iqbal
Sunday, 04 April 2010 08:37
Waktu Paruh

Dalam tulisan saya beberapa hari lalu dengan judul Menduga Sisa Nilai Mata Uang Dengan Teori Peluruhan, telah saya perkenalkan konsep waktu paruh (half-life) yaitu waktu yang diperlukan materi subjek peluruhan eksponensial untuk menjadi tinggal separuhnya dari materi semula. Nilai sisa dari materi subjek peluruhan eksponensial setelah waktu paruh ke T = 100%/2^T.

Konsep waktu paruh ini yang berdasarkan statistik nampaknya juga berlaku pada nilai daya beli mata uang kertas terhadap emas. Kita gunakan emas sebagai referensi karena emas-lah yang terbukti memiliki daya beli tetap selama 1400 tahun lebih, disamping juga data statistik harga emas tersedia secara lengkap untuk waktu yang sangat panjang – sampai ratusan tahun.

Hanya saja untuk keperluan ini saya gunakan statistik sepuluh tahun saja karena ada salah satu mata uang yaitu Euro yang berusia sangat muda - baru sekitar 11 tahun. Mata uang yang saya sajikan disini adalah mata uang besar Dunia yang kita familiar seperti Rupiah, US$, Singapore Dollar, Japan Yen , British Pound, Euro dan mata uang yang selama ini kita anggap daya belinya stabil yaitu Riyal.

Hasilnya kita dapat lihat dalam grafik diatas, semakin lemah mata uang terhadap emas, semakin cepat dia meluruh. Rupiah misalnya dalam sepuluh tahun terakhir daya belinya terhadap emas tinggal 20 persen, bila dihitung dari Januari 2000 – maka Rupiah kini berada pada waktu paruh ke 2.3; atau Rupiah memiliki waktu paruh 4.3 tahun.

Pada rentang waktu 10 tahun yang sama, Poundsterling telah mengalami waktu paruh ke 2.1 (1 waktu paruh = 4.7 th), US$ telah mengalami waktu paruh ke 2 (1 waktu paruh = 5.0 th), Saudi Riyal telah mengalami waktu paruh ke 2 (1 waktu paruh = 5.0 th), Singapore Dollar telah mengalami waktu paruh ke 1.7 (1 waktu paruh = 4.9 th), Japan Yen telah mengalami waktu paruh ke 1.7 (1 waktu paruh = 4.9 th) dan Euro telah mengalami waktu paruh ke 1.6 (1 waktu paruh = 6.4 th).

Euro masih kelihatan perkasa, karena dia adalah mata uang muda yang awalnya nampak cukup kuat. Tetapi kedepannya Euro juga memiliki masa depan yang tidak kalah suramnya – lihat tulisan saya Euro : Mata Uang Modern Yang Bisa Jadi Tidak Berusia Panjang.

Saudi Riyal yang selama ini selalu dianggap sebagai mata uang yang stabil dari cerita-cerita jamaah haji; sekian puluh tahun lalu orang beli teh susu dengan harga 1 Riyal; sekarang-pun dapat. Bisa jadi untuk teh susu sekarang-pun masih dapat dengan harga 1 Riyal; namun minuman dan makanan lain semakin sulit dibeli dengan 1 Riyal. Jus buah bahkan kini berharga rata-rata 5 Riyal.

Yang paling akurat adalah mengukurnya dengan harga emas; bagi Anda yang pergi haji/umrah tahun 2000, saat itu Anda masih bisa membeli emas dengan harga Riyal 35/ gram. Bila Anda pergi haji/umrah tahun ini – rata-rata harga emas sudah berada di kisaran Riyal 135/ gram.

Jadi, nampaknya tidak ada mata uang kertas yang kita kenal yang bisa survive dari peluruhan nilai yang bersifat eksponensial ini. Oleh karenanya berdasarkan teori ini maka tidak ada mata uang kertas yang aman untuk tabungan dana panjang kita baik berupa tabungan pensiun, biaya pendidikan anak-anak, biaya kesehatan hari tua dlsb.

Solusinya tidak harus kita menyimpan tabungan di emas/Dinar semua, karena kalau tidak hati-hati malah bisa jatuh ke hukum Yaknizuun. Tabungan kita bisa berupa benda riil yamg bergerak (barang dagangan , barang modal dlsb). Dengan kesungguh-sungguhan kita, insyallah kita bisa membendung arus peluruhan nilai ini dengan konsepYukhsinuun dan bahkan memutarnya untuk manfaat yang lebih luas dengan konsep Duullatan. Insyaalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar